“Kalau RS dr Sobirin ini ditutup pindah ke RS Pangeran Amin belum tentu bisa membiayai operasional sendiri. Pada akhirnya nanti akan menjadi beban APBD Kabupaten Mura. Apakah Pemkab Mura sudah menyiapkan anggaran untuk biaya operasional RS baru itu,” ungkapnya.
Belum lagi soal akreditasi, Nawawi menerangkan, RS dr Sobirin akreditasi paripurna yang didapatkan tahun 2017. RS dr Sobirin mendapatkan akreditasi paripurna dimasa kepemimpinan dr Nawawi.
“Tidak mudah untuk mendapatkan akreditasi paripurna. Bagaimana perjuangan staf RS dr Sobirin pulang malam membuat laporan agar mendapatkan akreditasi paripurna. RS dr Sobirin pindah ke RS Pangeran Amin maka mulai dari nol lagi akreditasi RS dr Sobirin tidak bisa dibawa ke RS Pangeran Amin,” paparnya.
BACA JUGA:11 November, Ngaji Bareng Habib Ahmad Jamal di Pesantren Modern Ar Risalah Lubuklinggau
BACA JUGA:Selain Golkar, Gerindra, dan PDI-P, NasDem Berpeluang Duduki Kursi Pimpinan DPRD Lubuklinggau
“Belum lagi soal sejarah RS dr Sobirin itu ada sejak tahun 1938, artinya dari zaman Belanda sudah ada. Sekarang mau ditutup begitu saja dipindahkan ke RS Pangeran Muhamad Amin di Muara Beliti,” terangnya.(rfm/sin)