Peringatan 111 Tahun Muhammadiyah, dr Mast Idris : Tahun Politik, KPU, Bawaslu, dan Rakyat Harus Amanah

Ketua PD Muhammadiyah Kota Lubuklinggau dr. H. Mast Idris-Foto : Dokumen Linggau Pos-

Tujuan dari Muhammadiyah ialah memahami dan melaksanakan agama Islam sebagai ajaran yang dibawa dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.”

Muhammadiyah Gagasan KH Ahmad Dahlan

Penggagas sekaligus pencetus Muhammadiyah adalah Kyai Haji Ahmad Dahlan atau dikenal juga sebagai Muhammad Darwis.

BACA JUGA:BKSDA Beberkan Titik Habitat Gajah di Sumsel, Musi Rawas dan Muratara Masuk Wilayah Perlintasan

Lahirnya Muhammadiyah berawal dari gagasan KH Ahmad Dahlan setelah ia menunaikan ibadah haji di tahun 1903. Selama di Tanah Suci, KH Ahmad Dahlan menimba ilmu kepada banyak ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah. Ulama-ulama tersebut antara lain seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang.

Selain dari para ulama tersebut, KH Ahmad Dahlan juga mempelajari pemikiran-pemikiran dari para ulama pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.

Kembali dari perjalanannya di Tanah Suci, KH Ahmad Dahlan kemudian memiliki ide dan gerakan pembaruan. Apalagi gagasannya disambut baik oleh anggota organisasi Boedi Oetomo yang tertarik dengan masalah agama yang diajarkan Kyai Dahlan, yakni R. Budihardjo dan R. Sosrosugondo.

Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM mencatat, nama “Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui shalat istikharah (Darban, 2000: 34).

BACA JUGA:Cek Alat Makan Kalian Mengandung BPA Kah. Ini Bahayanya !

Sebelum menjadi organisasi besar, Muhammadiyah diawali dari sebuah lembaga pendidikan.

Dalam tulisan Djarnawi Hadikusuma, lembaga pendidikan yang berdiri pada 1911 ini bernama “Sekolah Muhammadiyah.” Di sekolah ini, para siswa tidak hanya bisa mempelajari dan mendalami ilmu agama Islam semata. Sekolah yang lokasinya di gedung milik ayah Kyai Dahlan ini juga memberi pengetahuan tentang ilmu umum.

Seiring berjalannya waktu, siswa di Sekolah Muhammadiyah semakin banyak. Pada tanggal 18 November 1912 atau bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi Muhammadiyah.

Sebagai sebuah organisasi resmi, Muhammadiyah disahkan pada 20 Desember 1912 dengan mengirim “Statuten Muhammadiyah” (Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912), yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914.

BACA JUGA:Bunda Hebat, Begini Cara Mengumpulkan Amal Jariyah dari Rumah

Melalui Muhammadiyah, Kyai Dahlan memiliki cita-cita untuk membebaskan umat Islam dari keterbelakangan dan membangun kehidupan yang berkemajuan melalui tajdid (pembaruan) yang meliputi aspek-aspek tauhid (‘aqidah), ibadah, mu’amalah, dan pemahaman terhadap ajaran Islam dan kehidupan umat Islam, dengan mengembalikan kepada sumbernya yang asli yakni Al-Quran dan Sunnah Nabi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan