SANG MENTARI DI UFUK DARUL ISHLAH

SANG MENTARI DI UFUK DARUL ISHLAH SANG KYAI II - Buya Al Misro, Alumni Pondok Pesantren Al Azhaar, Tahun 2011, Ketua Yayasan dan Pimpinan Pondok Pesantren Misro Arafah Kota Lubuklinggau-KORANLINGGAUPOS.ID-Foto : Dok

tapi bagi saya kyai itu menempatkan diri pada posisi dimana tempat dia berdiri, beliau akan menjadi striker sejati jika berada didepan dan beliau akan menjadi gelandang bertahan yang gagah jika berada dibelakang.

Kisah perjalanan asmara terlarang menjadi saksi bisu, untuk menemukan sosok sang mentari di ufuk negeri yaitu kyai Mansuri Adam, yang saya inginkan dari para pembaca kisah ini,

terutama para santri yang masih menimba ilmu di pesantren, bukan kisah asmara atau kisah pacaran atau kisah berkirim surat, dan bukan pula membuka aib sang penulis dengan tokoh-tokoh terkait,

yang ingin penulis ungkapkan adalah perjalanan sang penulis kepada sosok sang mentari,

yang dapat mengangkat diri ini dari lembah yang terpuruk atas mental terjajah oleh bully-bully di lembaga pendidikan, sehingga membuat santri menjadi kehilangan arah dalam perjuangannya.

Kyai Mansuri Adam datang dalam keterpurukan sebagai pembangkit semangat juang, sehingga yang awalnya saya ingin memutuskan berhenti dari pendidikan pesantren,

beliau hadir sebagai sosok yang meyakinkan diri ini, bahwa mental perjuangan bukan menjadi pengecut dan pencundang,

jika beliau tidak hadir dalam gelapnya diri dan pikiran saya pada waktu itu, mungkin saya tidak akan bisa mendirikan pesantren dan menjadi pimpinan Pondok Pesantren Misro Arafah yang sekarang saya pimpin.

Kisah sang mentari di ufuk Darul Ishlah bukan kisah fiktif, melainkan ini adalah kisah nyata yang menerangi gelapnya masa lalu sang penulis dari kebodohan dan kelalaian,

tidak ada kata yang tertuang lebih indah untuk menguraikan kisah sang penulis dan kyai Mansuri Adam dari novel romantis Romeo dan juliet, karena kisah ini adalah kisah yang terdalam antar seorang murid dan sang guru sejati,

bukan kisah anak alay generasi Z yang mudah galau dan mudah prustasi dalam menggapai cita-cita, yang kata pepata melayu generasi kerangkap tumbuh dibatu “Hidup segan Mati Tak Mau”.

" MARI MENULIS UNTUK SANG KYAI" (Chapter 2) Dr. KH. Mansuri Adam, Sang Kyai Sejati.

Misro Arafah 25 Mei 2024, LubukLinggau.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan