Pembelajaran Heutagogy sebagai Upaya Mewujudkan Generasi Emas di Era 5.0
Gambar 1. Kemajuan pedagogy ke andragogy kemudian ke heutagogy (Blaschke, 2012).-FOTO : ISTIMEWA-
BACA JUGA:Siap-siap, ASN Lubuklinggau Terbukti Tak Netral Bakal Kena Sanksi hingga Pemecatan
Berikut ini dapat kita lihat perbedaan Pedagogy, Andragogy dan Heutagogy :
* Ketergantungan, dalam Pedagogy peserta didik sangat tergantung pada Guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran sedangkan dalam Andragogy proses belajar dilakukan secara mandiri untuk mencari pemecahan masalah yang mereka temukan. Heutagogy, mereka mencari masalah sendiri dan mencari jawaban sendiri atas permasalahan yang mereka temukan.
* Alasan untuk belajar, Keberhasilan proses pembelajaran tentunya harus diawali dengan alasan yang kuat untuk mengikuti proses pembelajaran. Pada Pedagogy proses pembelajaran pada umunya dijalani bukan karena keinginan sendiri sehingga tanggung jawab peserta didik akan proses belajar sedikit rendah. Andragogy sebaliknya, mereka belajar karena merasa ada kebutuhan sebuah kemampuan yang harus mereka kuasasi. Heutagogy, peserta didik memiliki tanggung jawab penuh akan proses pembelajaran yang dijalani.
* Fokus Pembelajaran, Pedagogy jelas fokus pada kurikulum yang digunkan oleh sekolah masing-masing, Andragogy berfokus pada tujuan dan sangat memungkinkan untuk belajar lintas disiplin ilmu. Dalam Heutagogy, peserta didik didorong untuk belajar sendiri (inqury) dengan melihat masa depan dengan penuh ketidakpastian dan kompleks
* Motivasi Belajar, Motivasi belajar pada Pedagogy berasal dari luar peserta didik yaitu orang tua, , keluarga, teman, Guru dan lain-lain. Andragogy berasal dari dalam diri mereka karena harga diri mereka akan lebih meningkat jika sukses dan berhasil melewati tangtangan. Dalam Heutagogy, motivasi datang secara mengalir dari pengalaman belajar mereka.
BACA JUGA:Lapas Narkotika Kelas IIA Muara Beliti Upacara Rutin Ini yang Disampaikan Kasi Administrasi Kantib
* Peran Guru. Guru menjadi sumber ilmu dalam proses pembelajaran dalam Pedagogy, Pada Andragogy Guru menjadi fasilitator proses pembelajaran dan menjadi pelatih kalau di Heutagogy yaitu menyatukan peluang, konteks, relevansi eksternal, dan kompleksitas yang diperluas.
Tema utama pada pendekatan heutagogi adalah bahwa manusia pada dasarnya seorang pembelajar yang sangat efisien. Fakta tersebut dapat diterapkan secara lebih efektif dalam sistem pendidikan saat ini. Pendekatan heutagogi merupakan gabungan dari pandangan konstruktivisme dan humanisme. Pandangan humanisme percaya bahwa kekuatan untuk belajar ada pada tangan pembelajar dan bukan guru (Jones, C., Penaluna, K., & Penaluna, 2019). Pernyataan ini didukung oleh Ackoff & Greenberg yang menyatakan bahwa, manusia sejak masa kanak-kanak adalah pembelajar yang benar-benar mahir, tetapi banyak sistem pendidikan yang membingungkan tentang belajar dengan mengajar (Novitasari et al., 2020).
Prinsip-prinsip dalam pembelajaran heutagogi
Peran pendidik dalam heutagogi adalah sebagai pendorong untuk menyatukan peluang dan kompleksitas agar tercipta kolaborasi dan keingintahuan peserta didik. Hal ini sejalan dengan tuntutan kemampuan yang harus dimiliki pada era society 5.0 yaitu kemampuan literasi data, kemampuan berpikir tingkat HOTS, dan pemahaman terhadap perkembangan teknologi di era revolusi industri 4.0.
Dengan adanya heutagogi yang membebaskan peserta didik untuk merancang cara belajarnya sendiri, dapat menumbuhkan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan di era society 5.0.
BACA JUGA:Terkait Kasus Firli Bahuri, Besok Siang SYL Diperiksa
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam merancang heutagogi disajikan di bawah ini.
* Kontrak pembelajaran yang ditentukan oleh pelajar : Kontrak pembelajaran mendukung siswa dalam mendefinisikan dan menentukan jalur pembelajaran individu mereka. Kontrak individual ini, mendefinisikan apa yang akan dipelajari (misalnya, ruang lingkup), bagaimana hal tersebut akan dipelajari (misalnya, pendekatan pengajaran dan pembelajaran, kegiatan pembelajaran ), dan apa yang akan dinilai serta bagaimana penilaian tersebut (Kenyon, C., & Hase, 2010)