Menghadapi Tantangan Digital: Pendekatan Psikologi dalam Media Pembelajaran untuk Generasi Z
Dr. H. Umar Diharja, SP, MAP-Foto: Dokumen-Linggau Pos
Generasi Z terpapar penggunaan smartphone setiap harinya, dimana tingkat ketergantungan Generasi Z terhadap smartphone lebih tinggi dibandingkan terhadap televisi.
Mereka akan lebih kesal bila tidak dapat mengakses internet dibandingkan kehilangan uang jajan.
BACA JUGA:RA Al Mawaddah Lubuk Linggau Berkomitmen Ciptakan Generasi Penghafal Alquran
Proses interaksi antara guru dan siswa tidak berjalan dengan baik ketika tidak didukung oleh perangkat lunaknya seperti pendekatan psikologis, dengan pendekatan ini guru harus mampu membaca keadaan dan kebutuhan pada saat proses pembelajaran, sehingga dengan kepiwaian psikologis guru mampu menciptakan suasana belajar yang efektif dan proses pembelajaranpun berhasil.
Karakteristik psikologis siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.
Dengan demikian, penentuan tujuan belajar sebenarnya harus dikaitkan dengan karakteristik siswa tersebut.
Untuk memotivasi Generasi Z dalam pembelajaran, penting untuk menghadirkan solusi yang menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari mereka.
BACA JUGA:TK Aisyah Lubuklinggau Siapkan Generasi Berkualitas, Begini Misi Laksankan Pembelajaran Efektif
BACA JUGA:PAUD Basmalah Lubuklinggau Wujudkan Generasi Religius
Berikut beberapa pendekatan yang bisa diambil:
- Kontekstualisasi Materi: Hubungkan topik pembelajaran dengan situasi dunia nyata yang mereka hadapi. Contohnya, menggunakan studi kasus tentang tren teknologi terbaru atau isu-isu lingkungan yang sedang viral.
- Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning): Ajak siswa untuk mengerjakan proyek nyata yang relevan dengan minat mereka, misalnya membuat aplikasi, konten media sosial, atau kampanye tentang masalah sosial. Hal ini dapat membantu mereka melihat langsung bagaimana materi yang dipelajari dapat diterapkan.
- Teknologi dan Media Sosial: Integrasikan platform digital yang sudah akrab dengan mereka, seperti menggunakan video pembelajaran di YouTube, TikTok, atau platform edukasi interaktif. Pembelajaran dengan konten visual, video singkat, atau gamifikasi bisa meningkatkan daya tarik.
- Pembelajaran Kolaboratif: Generasi Z cenderung menyukai interaksi sosial melalui teknologi. Gunakan pembelajaran kelompok secara daring atau tatap muka yang memungkinkan mereka bekerja sama dalam memecahkan masalah nyata, berbagi ide, dan berinovasi.
- Pembelajaran Mandiri dan Fleksibel: Generasi Z cenderung lebih mandiri dalam belajar dan memiliki kebutuhan akan fleksibilitas. Sediakan pilihan sumber belajar yang bervariasi (misalnya podcast, artikel, video) sehingga mereka bisa memilih metode yang paling sesuai dengan gaya belajar mereka.
- Mengaitkan Nilai Praktis: Jelaskan bagaimana keterampilan dan pengetahuan yang dipelajari akan berguna di masa depan, baik dalam karier, kehidupan sosial, atau kemampuan problem-solving. Relevansi ini akan membuat mereka lebih termotivasi karena merasa mempelajari hal-hal yang benar-benar bermanfaat.
- Feedback Cepat dan Personalisasi: Berikan umpan balik yang cepat dan spesifik terhadap hasil kerja mereka. Generasi Z tumbuh dalam lingkungan yang serba instan, sehingga umpan balik yang langsung dan relevan akan membantu mereka tetap termotivasi.
Strategi lainnya untuk memahami kebutuhan dan kepuasan siswa melalui konsep motivasi bisa dilakukan dengan mengintegrasikan teori-teori motivasi ke dalam proses pembelajaran.
Motivasi intrinsik berfokus pada dorongan internal siswa, seperti rasa ingin tahu, kesenangan, atau kepuasan pribadi.
BACA JUGA:Bimbel Umi Lubuklinggau Siapkan Generasi yang Berprestasi
BACA JUGA:3 Tips Memutus Rantai Generasi Sandwich, Apa Penyebabnya?