Waspada! Ada yang Penting Jika Mengubah Foto Pribadi Melalui AI

Mengubah foto pribadi menggunakan teknologi AI semakin mudah dilakukan, namun ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan terkait Keamanan data dan risiko-KORANLINGGAUPOS.ID-
KORANLINGGAUPOS.ID - Tren terbaru saat ini mengubah foto pribadi menjadi kartun bergaya Studio Ghibli menggunakan kecerdasan buatan (AI) makin menjadi-jadi.
Apalagi fenomena mengubah foto pribadi ini makin tren selama momen Lebaran 2025.
Banyak pengguna media sosial memanfaatkan layanan AI untuk mengubah foto pribadi dan kebersamaan keluarga menjadi ilustrasi.
Hingga foto menghasilkan yang menggemaskan, dan membagikannya sebagai bagian dari nostalgia lebaran.
BACA JUGA:Tren Ubah Foto Jadi Animasi AI Viral, Kaspersky Ingatkan Soal Keamanan Data Pengguna
BACA JUGA:Ubah Foto di HP Jadi Uang! 5 Aplikasi Jual Foto yang Wajib Dicoba
Namun di balik tren visual yang menarik ini, para pakar keamanan siber mengingatkan adanya potensi bahaya yang bisa mengintai.
Perusahaan keamanan siber asal Rusia, Kaspersky, menyatakan bahwa penggunaan situs AI yang meminta pengguna mengunggah foto pribadi tetap menyimpan risiko terhadap privasi dan keamanan digital.
Group Manager Kaspersky AI Technology Research Center, Vladislav Tushkanov, menekankan bahwa meskipun banyak perusahaan AI berkomitmen menjaga data penggunanya, sistem perlindungan yang digunakan tidak menjamin 100 persen aman dari kebocoran atau penyalahgunaan.
Ia mengingatkan bahwa data yang diunggah ke internet termasuk foto potret bisa saja bocor akibat kesalahan teknis, aktivitas peretasan, atau bahkan dijual di pasar gelap digital.
BACA JUGA:Blooms Self Photo Studio Lubuk Linggau, Foto Lebih Aesthetic dengan Background Menarik
BACA JUGA:Upaps Self Photo Studio: Tempat Foto Paling Trendy untuk Anak Muda Lubuk Linggau
Kredensial akun pengguna yang digunakan untuk mengakses layanan AI juga rentan terhadap peretasan apabila keamanan perangkat tidak memadai.
Tushkanov menambahkan bahwa foto diri termasuk data sensitif yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan siber untuk menyamar sebagai korban, terutama di media sosial.