Stop Kekerasan Seksual Terhadap Anak, Begini Saran Psikolog RSUD dr Sobirin untuk Sekolah dan Orang Tua

Irwan Tony, M.Psi Psikolog Klinis RSUD dr Sobirin -Foto : Dokumen -Irwan Tony

LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID - Pelecehan seksual terhadap anak masih banyak terjadi. Berita buruk tentang pengungkapan atau kekerasan seksual sering kita dengar melalui media. 

Perbuatan buruk seperti pelecehan biasa dilakukan terhadap orang dewasa dan anak-anak. Dan masalah ini membuat orang tua semakin khawatir terhadap anaknya.

Oleh karena itu, sebagai orang tua perlu memberikan pendidikan tentang seks yang benar, serta berupaya membuat anak terbuka.

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai pemahaman seksual pada anak khususnya di sekolah, Psikolog Klinis RSUD dr Sobirin Irwan Tony, M.Psi saat diwawancara KORANLINGGAUPOS.ID menyarankan, sekolah perlu menjamin pendidikan siswanya agar terhindar dar pelecehan seksual. 

BACA JUGA:76 Anak di Lubuklinggau Korban Kekerasan Seksual, Modus Pelaku Beragam Termasuk Tawaran Nikah

"Paling utama yang terpenting siswa dibekali seks edukasi. Jadi, seks edukasi itu anak memahami apa yang dikatakan pelecehan, kemudian anggota tubuh mana yang dianggap bisa dilecehkan. Nah, pemahaman-pemahaman itu perlu disampaikan ke anak-anak baik itu SMA/SMP/SD bahkan TK/PAUD pun harus diajarkan apa yang boleh dipegang dan apa yang tidak boleh dipegang. Itu harus disampaikan ke anak," ungkap Irwan saat ditanya KORANLINGGAUPOS.ID, Selasa 23 April 2024.

Ia kembali mengingatkan, sekolah harus mengedukasi siswa dengan memberikan materi dampak pelecehan seksual seperti berakibat kehamilan, apabila usia belum mencukupi akan berefek juga ke psikologis terhadap perkembangan jiwa calon ibu. 

“Hal ini perlu disampaikan terlebih dahulu kepada siswa, sehingga ia punya pemahaman akan kesadaran bahwa dirinya lagi dilecehkan. Jadi, ketika dilecehkan, ia bisa bersuara (speak up), cerita apapun sehingga pelaku takut untuk melakukan hal tersebut,” terang alumni Universitas Indonesia ini.

Irwan Tony mengatakan, yang harus dilakukan oleh Dinas Pendidikan untuk mencegah pelecehan yang sering terjadi pada siswa antara lain, sosialisasi kepada sekolah untuk memberikan edukasi tentang seks bebas dan meminta sekolah untuk memasang CCTV disetiap sudut rawan pelecehan seksual. 

BACA JUGA:6 Kiat Mencegah Anak jadi Korban Kekerasan Seksual

Hal ini diupayakan untuk meminimalisir seseorang melakukan tindakan tidak senonoh tersebut di sekolah. 

"Pihak sekolah juga dapat mengimbau ataupun memantau kalo ada semacam satgas anti bullying dan anti pelecehan seksual. Dimana, satgas itu bisa melibatkan guru maupun siswa. Sehingga, ketika ada kasus mereka bisa tau kemana akan melapor. Sementara, lebih bagusnya lagi sekolah punya CCTV dititik yang rawan terjadi pelecehan seksual. Nah, kalau ini sudah jalan dan diimbau oleh Dinas Pendidikan maka kejadian-kejadian itu bisa berkurang. Karena kejadian tersebut munculnya dadakan mereka melakukan pelecehan, tapi kalo ada alat yang dipersiapkan seperti itu maka yang akan melakukan itu akan terminimal," jelasnya.

Irwan menyatakan, sekolah sebaiknya harus melakukan seleksi untuk guru ataupun pendidiknya dengan melibatkan tenaga-tenaga profesional. Jadi, selama ini yang mereka lakukan hanya seleksi untuk siswanya saja gitu dari sisi IQ, gaya belajarnya.

Namun, dari sisi pendidiknya itu masih sangat minim sekali, padahal itu juga menjadi sangat penting dalam proses pembelajaran. Karena, bisa dibayangkan kalo pendidiknya sendiri melakukan pelecehan, melakukan ada potensi kekerasan akan berpengaruh terhadap pendidikan dan lembaga yang bersangkutan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan