3. Setiap pesantren mengutamakan pendidikan akhlak dan perilaku, sehingga diharapkan tabiat dan karakater anak lulusan pesantren akan sangat berbeda dengan anak lulusan sekolah umum.
4. Pondok pesantren tidak hanya memberikan fasilitas dan pendidikan ilmiah bagi para santri, tetapi juga mengajarkan pengetahuan, skill dan menempa jiwa wirausaha.
Selain memberikan pendidikan formal, pesantren khususnya di Kota Lubuklinggau juga mengajarkan pengetahuan, skill dan menumbuhkan jiwa wirausaha kepada para santri.
Terlebih saat ini sudah ada program Bantuan Inkubasi Bisnis Pesantren dari Kementerian Agama RI.
BACA JUGA:Pondok Pesantren Mazro’illah Lubuklinggau Persembahkan Mahakarya Santri Hebat 2024
Diketahui, beberapa pesantren di Kota Lubuklinggau sudah memiliki program bisnis seperti usaha budidaya madu kelulut, perkebunan, percetakan, sablon, dan lain-lain yang bisa mendorong para santri untuk giat dalam kemandirian dan pendidikan life skill, supaya bisa menghadapi tantangan kehidupan guna memperbaiki keadaan ekonominya.
Selain memberikan nasehat kepada orang tua, Abah Ferry juga memberikan nasehat kepada anak-anak yang baru akan memasuki dunia pesantren.
Menurutnya, untuk para santri baru yang baru hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Pertama, dunia pesantren bukan sembarang dunia pendidikan.
Disana para santri akan dihadapkan pada dunia yang terorganisir dan teratur, mulai dari cara berpakaian, makan, sekolah,dan sistem pendidikan.
Kedua, segeralah menyesuaikan diri dan selalu berdoa kepada Allah, agar senantiasa diberikan kesehatan dan kemampuan fisik dalam menerima pembelajaran.
"Ingat pesantren ibarat lautan yang luas, jangan pernah merasa puas dan cukup dari secuil ilmu yang didapat. Teruslah belajar dan menimba ilmu ,karena Rasulullah SAW memerintahkan umat muslim untuk terus menuntut ilmu sampai batasan usia, yaitu kematian."pungkasnya.
Ketiga, pesantren bisa diibaratkan "kotak sampah", dimana semuanya masuk tanpa seleksi pendidikan dan latar belakang sosial masing-masing santri.
Lalu pondok pesantren memilah agar betul-betul dapat di "daur ulang" sehingga menjadi "bahan baku" yang berkualitas tinggi.