BACA JUGA:Atasi Permasalahan Kendaraan Batu Bara Pemkot Lubuk Linggau Segera Revisi Regulasi yang Ada
BACA JUGA:Angkutan Batu Bara Resahkan Masyarakat, Dishub Lubuklinggau Beri Penjelasan
Namun, suhu di Eropa yang diperkirakan akan berada di atas normal pada minggu depan diprediksi akan menyebabkan permintaan energi tetap lemah, yang berpotensi menekan harga lebih lanjut.
Di China, pengisian stok batu bara saat libur nasional 1-7 Oktober, disertai dengan pengurangan produksi akibat cuaca buruk, turut berkontribusi pada dukungan harga.
Kenaikan konsumsi industri di negara tersebut juga berperan dalam mengangkat permintaan batu bara.
Selain itu, bank sentral China telah memperkenalkan langkah-langkah stimulus baru untuk menangani perlambatan ekonomi dan krisis di sektor real estate.
BACA JUGA:Ternyata Ini 10 Cara Mudah Melatih Burung Murai Batu Agar Cepat Gacor dan Tampil Prima
Sementara itu, India melaporkan penurunan 16% dalam produksi energi terbarukan, yang menyebabkan peningkatan 15% dalam pembangkitan listrik berbahan bakar batu bara dalam minggu terakhir.
Hal ini menunjukkan bahwa negara tersebut semakin bergantung pada batu bara sebagai sumber energi utama di tengah tantangan dalam sektor energi terbarukan.
Kenaikan harga batu bara mencerminkan interaksi kompleks antara faktor-faktor geopolitik, perubahan iklim, dan kebijakan ekonomi di negara-negara besar.
Lonjakan ini menandakan perlunya perhatian lebih dalam merespons dinamika yang terjadi di pasar energi global.
BACA JUGA:Soal Angkutan Batu Bara di Lubuklinggau, Hasbi Asadiki Menilai Karena Pemerintah Tidak Tegas
Pelaku pasar dan pembuat kebijakan diharapkan dapat memantau perkembangan ini untuk mengantisipasi perubahan yang mungkin terjadi di masa mendatang.