KORANLINGGAUPOS.ID - Hari Tuberkulosis (TBC) Sedunia diperingati setiap tanggal 24 Maret. Menurut World Health Organization (Global TB Report, 2023), TB masih menjadi masalah kesehatan di dunia hingga saat ini.
TBC menjadi penyebab kematian tertinggi kedua di dunia setelah COVID-19 pada tahun 2022. Lebih dari 10 juta orang terjangkit penyakit TB setiap tahunnya.
Sebagai wujud kepedulian terhadap bahaya penyakit TBC sekaligus memperingati Hari TB sedunia, Rumah Sakit Siloam Silampari melalui program edukasinya menggelar Seminar Kesehatan “Tuberkulosis Terkini” Jum’at 29 Maret 2024 pukul 15.00 WIB di Atrium Lippo Plaza Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Taba Jemekeh, Kota Lubuklinggau.
Seminar kesehatan ini menghadirkan 3 narasumber dari RS Siloam Silampari Lubuklinggau yaitu Dokter Spesialis Paru dr. Freddy Panggabean, M.Ked (Paru), Sp.P, Dokter Spesialis Anak dr Evi Silviana, SpA dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr. Amelia Farianty, Sp.PD.
Direktur Rumah Sakit Siloam Silampari dr Susanti Abdiwidjaja, M.Biomed menyerahkan piagam kepada dr. Freddy Panggabean, M.Ked, Sp.P sebagai salah satu narasumber pada seminar kesehatan, Jum’at 29 Maret 2024. -Foto : Yezi Fadly-Linggau Pos
Pada momen ini, dr. Freddy Panggabean, M.Ked (Paru), Sp.P membahas tentang Penyakit Tuberkulosis dan Dampaknya, dr. Evi Silviana, Sp.A membahas tentang Kenali Gejala TBC Pada Anak, dan dr. Amelia Farianty, Sp.PD membahas tentang Kenali TBC Diluar Organ Paru.
Seminar dimoderatori oleh dr. Fatrina Maha Dewi, yang merupakan dokter umum di RS. Siloam Silampari.
Materi pertama diawali oleh dr. Freddy Panggabean, M. Ked, Sp.P. Dokter spesialis paru di RS Siloam Silampari ini memaparkan data bahwa saat ini penderita TBC di Indonesia menduduki peringkat kedua tertinggi di dunia setelah India.
Menurut data Kemenkes per Januari 2024 estimasi kasus TBC di Indonesia lebih dari 1 juta orang dengan kasus terkonfirmasi sekitar 700.000 orang, 68% telah diberi pengobatan dan sekitar 12.000 terkonfirmasi resisten terhadap pengobatan dan TBC Multi Drug Resisten.
Salah satu peserta mengajukan pertanyaan kepada narasumber pada sesi tanya jawab di Seminar Kesehatan yang digelar RS. Siloam Silampari, Jum'at 29 Maret 2024. -Foto : Yezi Fadly/Linggau Pos-
BACA JUGA:RS Siloam Silampari Edukasi Masyarakat Melalui Diskusi Kesehatan
Strategi END TB di Indonesia di mana pada tahun 2030 angka insiden menurun 90%, tidak ada keluarga yang mengalami masalah ekonomi yang katastropik dan jumlah kematian berkurang 95% dibanding tahun 2015.
“Dan yang perlu diingat, TBC tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga menyerang anak-anak,”ungkap dr Freddy.
Menurutnya saat ini terdapat rintangan dalam melakukan skrining dan diagnosa TB, yaitu kurangnya fasilitas dan kualitas utk diagnosa TB dan layanan yang tidak tersedia di beberapa Puskesmas, kemudian kurangnya pengetahuan tentang tanda dan gejala TB, karena orang menganggapnya sebagai batuk biasa.
Juga dikarenakan kurangnya sumber daya yang cukup untuk mencari layanan kesehatan, seperti di daerah terpencil sehingga baik penderita kesulitan mencapai pelayanan diagnostik dan pengobatan TBC dan petugas kesehatan tidak bisa masuk kesana karena akses yang terbatas.