SMAN 5 Lubuklinggau Peringati Isra Mi’raj, Ternyata ini Hikmah Penting yang Bisa Dipetik
Kepala SMAN 5 Lubuklinggau H Jamaludin M.Pd didampingi bapak ibu guru dan sebagian peserta didik foto bersama Ustadz Muhammad Edy Prayitno M.Pd.I usai menggelar Peringatan Isra Mi’raj 1445 H, Rabu 7 Februari 2024.-Foto : Dokumen SMAN 5 Lubuklinggau-
Kandungan hikmah yang cenderung sama dengan perlakuan medis operasi oleh Malaikat Jibril ini, adalah bukanlah berarti bahwa Rasulullah itu kotor, tidak suci lalu harus dikeluarkan hatinya dan selanjutnya harus dibersihkan dengan air zamzam, melainkan sebelum malaikat jibril melaksanakan perintah Allah SWT, lebih awal Rasulullah dijamin suci dan bersih noda dan dosa yang lazim dikenal dengan istilah “maksum”.
Semua itu terjadi tidak lain adalah Allah menjaga Rasul terbaiknya, dari godaan syaitan, kekufuran dan kemusyrikan, maksiat dan mungkar, dari segala hal-hal yang memalingkan dari Allah SWT.
Selanjutnya Malaikat Jibril menanamkan “Iman dan Hikmah”, dengan hikmah dapat diartikan secara sederhana yakni: “keyakinan dan ilmu”. Keyakinan yang harus ditunjang dengan ilmu sebagai bentuk isyarat kepada kita selaku ummatnya, bahwa di setiap perintah dan larangan Allah harus bersanding dengan iman dan ilmu.
BACA JUGA:Kenali Gejala Insecure dan 5 Cara Mengatasinya
Pada kata Sub-haanallazii yang memulai pada ayat tersebut di atas, dalam kamus Bahasa Arab al Munawwir berasal dari kata nomina Sabbaha yang artinya mensucikan. Secara bahasa, Sub-hanallah berarti menyucikan Allah dari sifat-sifat yang tidak layak untuk-Nya.
Pada hakakatnya kata yang sering dijadikan tasbih ini mengandung arti bahwa Allah SWT jauh dari kemungkinan-kemungkinan buruk atau negatif yang mungkin terlintas di benak umat muslim.
Saat Allah SWT memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) yang terdapat pada kalimat “asro bii-abdihi Lailam minal-masjidil-haroom ilal-masjidil-aqshollazii”, maka kata “Asro” dimaknai bahwa menjadi kebebasan dan hak prenogatif Allah SWT atas sifat Maha berkeinginan dan kehendak-Nya memberikan perlakuan yang istimewa kepada Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan kata bi A’bdihi dari kata dasar kata “Abdun” menunjukan makna secara totalitas tanpa terjadi pemisahan antara jasad dan ruh, ini menguatkan bahwa Kejadian luar biasa ini bukan dalam konteks mimpi, tidak juga hanya dengan Ruh semata, tetapi melainkan secara utuh lahir dan bathin Rasulullah SAW.
BACA JUGA:Bahaya, 6 Dampak Sering Membandingkan Anak
Hikmah yang dapat diambil adalah jika ingin mendapatkan perlakuan istimewa dari Allah SWT, maka jadikanlah diri kita sebagai hamba yang totalitas,lahir dan bathin kita sejajar dan lurus menghadap Allah SWT, karena hamba pada tatanan makna sebenarnya adalah hamba lisannya tidak boleh berbeda dengan perbuatan, ucapannya tidak mengkhianati kata hati.
Rasulullah SAW diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang menempuh jarak 9.206 km, hanya menempuh dengan sedikit malam, ini diambil dari kata “lailan” bukan sepadan pada kata Bahasa Arab kata ‘lailatun” yang bermakna sepanjang malam.
Lalu dilanjutkan dengan kata allaziina baaroknaa haulahuu, Hikmah di balik itu, memberi isyarat bahwa hendaknya umat Islam di mana pun berada, hendaknya mengantungkan hatinya ke masjid, semangat membangun dan memakmurkan masjid, karena masjid adalah tempat yang penuh rahmat dan berkah.
Perjalanan dari Masjidil Haroom ke Masjidil Aqsha lalu Sidratul Muntaha dan selanjutnya menerima perintah shalat fardhu lima kali sehari semalam dari Allah SWT yang berlaku pada diri Rasulullah SAW dan umatnya.
BACA JUGA:Tetap Semangat Jangan Menyerah, 7 Jurusan Kuliah ini Terbanyak Pengangguran di Indonesia
Dari peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang sempurna, penuh dengan kenikmatan dan berkah, terutama rahmat Allah yang lebih besar untuk diri dan ummatnya Rasulullah SAW yaitu shalat fardhu, maka ditutup ayat tersebut dengan kata “linuriyahu min aayatinaa, innahu huwas-samii’ul-bashiir, sebagai bentuk pernyataan dan keyakinan bahwa semua itu Allah memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya, Allah SWT Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (*)