Fenomena Kumpul Kebo di Indonesia, Ini Wilayah, Tantangan dan Dampaknya pada Norma Sosial dan Hukum

Minggu 27 Oct 2024 - 08:50 WIB
Reporter : MUHAMMAD HIDAYAT
Editor : MUHAMMAD HIDAYAT

BACA JUGA:Kumpul Kebo Hingga Subuh Ngapain Ya, Digerebek Warga Disanksi Adat Begini Kejadiannya

BACA JUGA:Anak Kurang Mampu Kumpul Sini, Kuliah Gratis dengan Daftar KIP Kuliah Jalur Mandiri 2024

Dikutip Koranlinggaupos.id dari data yang diambil dari Pendataan Keluarga 2021 (PK21), kohabitasi atau kumpul kebo ini didominasi oleh:

Pasangan yang berusia di bawah 30 tahun (24,3 persen),

Pasangan dengan latar belakang pendidikan SMA atau lebih rendah (83,7 persen),

Individu yang bekerja di sektor informal (53,5 persen).

BACA JUGA:Inilah Fenomena Yang Akan Terjadi di Bulan Ramadhan 2024,Ternyata Ada 2 Fenomena

BACA JUGA:Jam Koma Gen Z, Viral di Media Sosial? Apa Itu Jam Koma Simak Fenomenanya

Dampak kohabitasi atau kumpul kebo Terhadap Perempuan dan Anak

Salah satu dampak utama dari kohabitasi atau kumpul kebo terlihat pada kesejahteraan perempuan dan anak-anak yang lahir dari hubungan ini.

Dalam aspek ekonomi, kohabitasi atau kumpul kebo tidak memberikan perlindungan finansial yang sama seperti pernikahan sah.

Jika terjadi perpisahan, tidak ada kewajiban hukum bagi pasangan laki-laki untuk memberikan nafkah atau dukungan finansial kepada perempuan dan anak-anak mereka.

BACA JUGA:Inilah Fenomena Yang Akan Terjadi di Bulan Ramadhan 2024,Ternyata Ada 2 Fenomena

BACA JUGA:Jam Koma Gen Z, Viral di Media Sosial? Apa Itu Jam Koma Simak Fenomenanya

Tidak adanya perlindungan ini berpotensi menyebabkan kerentanan ekonomi, terutama bagi perempuan yang mengandalkan dukungan dari pasangan mereka.

Selain itu, kohabitasi atau kumpul kebo juga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental perempuan.

Ketiadaan komitmen dan ketidakpastian masa depan sering kali memicu ketegangan, kecemasan, dan stres.

Kategori :