Supaya tetap sehat, orang yang berpuasa harus menghemat simpanan glikogen karena tubuh (jika tidak ada asupan makanan) bergantung pada glikogen ini untuk mengubahnya menjadi glukosa yang memasok energi yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan fungsi dasar tubuh.
Bila seseorang membiarkan emosinya meledak tanpa pengendalian maka akan menghabiskan energi dan menyia-nyiakan simpanan glikogen tubuh.
Di saat puasa, seseorang yang emosional akan merasa tegang secara fisik dan emosional, lelah, serta kehabisan energi.
Selain itu, epinefrin merangsang tubuh seseorang untuk mengeluarkan banyak cairan seperti urin. Peningkatan frekuensi buang air kecil akan mengakibatkan hilangnya cairan dari tubuh. Lonjakan epinefrin dalam tubuh bisa membuat orang yang berpuasa merasa lelah, haus, dan kekurangan cairan.
BACA JUGA:KB Al Munawar Ajarkan Anak Doa Sahur dan Berbuka Puasa di Bulan Ramadhan
BACA JUGA:Rabu 12 Maret 2025 Jadwal Buka Puasa Ramadan dan Imsak Wilayah Musi Rawas dan Sekitarnya
Apabila seseorang mampu menahan emosinya, hormon epinefrin akan berada di level rendah.
Minimnya epinefrin akan memberikan efek baik pada tubuh seperti organ jantung dan pembuluh darah yang disebut sebagai kardiovaskular.
Sistem ini bekerja untuk memompa darah dan mengalirkannya ke seluruh tubuh bersama dengan nutrisi dan oksigen yang terkandung di dalam darah.
Sehatnya sistem kardiovaskular akan menunjang sehatnya otak dan sel-sel syaraf atau neuron yang ada di dalamnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Mastor dan timnya menyatakan bahwa Puasa Ramadhan berefek menurunkan denyut nadi dan penggunaan oksigen. Hal ini menunjukkan bahwa metabolisme tubuh bergerak ke arah perlambatan dan penyimpanan energi yang menjadi ciri khas adaptasi metabolisme saat puasa (Mastor dkk, 2019, Fasting Effects on Emotion Changes-A Multi-Level Analyses, International Summit on Science Technology and Humanity: halaman 200-208).
Puasa sangat relevan sebagai tameng kesehatan neurokardiovaskular karena tidak sekedar menahan lapar tetapi juga mengendalikan emosi.
Momen datangnya bulan Ramadhan selayaknya menjadikan seorang mukmin bisa memotivasi diri agar lebih kuat mengendalikan emosinya.
Bila seseorang mengetahui bahwa puasa bermanfaat untuk kebaikan otak, jantung, dan pembuluh darah, maka dia dapat meningkatkan nilai guna dari puasa itu untuk memperbaiki kesehatan tubuhnya melalui pengendalian emosi, sugesti diri, serta afirmasi positif berupa kata-kata “Aku sedang berpuasa”.