Opini : Revitalisasi Budaya Daerah, Sebuah Catatan Kecil Tentang Seni dan Budaya di Bumi Silampari

Wong Yoko, Nr. -Foto : Dok. Pribadi -
KORANLINGGAUPOS.ID - Perkembangan seni dan budaya di kotaku saat ini dalam kondisi mati suri.
Beberapa aktifitas para seniman dan pekerja seni hanya sebatas mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah, baik tingkat kota maupun provinsi atau ada paket pagelaran yang harus diikuti, tak lebih dari itu.
Bagi mereka yang memiliki sanggar seni dapat tampil diacara hajatan, baik pernikahan ataupun acara-acara lain, sesuai dengan permintaan masyarakat pengguna jasa, dan ini bersifat komersil.
Padahal kesenian merupakan budaya leluhur yang berakar dari tradisi masyarakat dan menjadi kebutuhan setiap insan manusia, serta peradaban dan kemajuan suatu bangsa.
BACA JUGA:Opini : Laesa Maiestas dan Masyarakat
BACA JUGA:Opini : Terjebak dalam Labirin Pikiran: Kenapa Overthinking Semakin Menghantui?
Untuk itu sudah menjadi kewajiban kita (khususnya para pekerja seni) untuk berkarya menciptakan suatu pergelaran seni yang berkualitas secara kontinyu, demi mengasah nilai-nilai kemanusiaan dan peradaban, sebagai implementasi dari ide kreatif.
Revitalisasi seni dan buadaya di daerah khususnya di Bumi Silampari mendesak untuk dilakukan, jika tidak seni budaya tersebut akan mengalami kepunahan.
Dalam upaya revitalisasi tersebut diperlukan dukugan dan kerja keras dari seluruh elemen masyarakat, baik dari unsur birokrasi pemerintah daerah, para seniman, budayawan, para pengelolah sanggar seni, komunitas, lembaga seni, pekerja seni yang memiliki komitmen untuk memajukan seni dan budaya daerah, sehingga menjadi tuan rumah di daerah sendiri.
Saat ini banyak kalagan baik komunitas, lembaga, sanggar seni, hanya menonjolkan komunitas dan kelompoknya dalam menampilkan pagelaran seni, kurang memperhatikan aspek nilai-nilai budaya, hanya untuk kepentingan komersil semata.
BACA JUGA:Opini: Wujudkan Buah Hati Menjadi Generasi Emas Sejak Dini
BACA JUGA:Opini: Membaca Kecenderungan Arah Kebijakan Kepemimpinan Yok-Terus 2025-2030
Mereka hanya berpikir untuk kepentingan kelompok dan individu mereka sendiri, bahkan ada yang memanfaatkan fasilitas untuk kepentingan kelompoknya sendiri, tanpa mempertimbangkan nilai-nilai.
Persoalan tersebut merupakan hal yang biasa dalam berkesenian, karena setiap manusia memiliki tujuan dan maksud yang berbeda, sementara jika terus berpegang teguh dengan idealisme yang kuat untuk memajukan seni budaya daerah kurang menjanjikan, bahkan sering dicap “bodoh” dan diperparah lagi dengan kondisi lingkungan yang tidak berpihak pada pemajuan seni dan budaya.